Thursday, November 21, 2013

Resensi Memento

oleh Hazana Itriya


Memento. Setelah Cinta Pergi.
Wulan Dewatra
266 Halaman
Gagas Media
Novel - Fiksi
Rp. 44.000-,





*Sinopsis :
Aku kira bisa dengan mudah melupakanmu
Tapi hidup kini terasa berbeda karena
menjalaninya seorang diri saja.
kau pergi dan bahagiaku tak kembali.

Aku yang sekarang, tak kukenali lagi.

Saat bercermin pagi ini,
aku begitu takut pada bayanganku sendiri.
Pada memori yang berat membebani bahuku.
Pada bibirku yang tak akan pernah tersenyum lagi.

saya membeli novel ini karena saya suka tutur bahasa sang penulis pada novel pertamanya yang berjudul "Hujan dan Teduh". Novelnya berbeda dengan novel-novel remaja kebanyakan, dan mungkin novel ini tidak dikategorikan sebagai novel remaja, karena masalah atau konflik yang terdapat dalam novel ini begitu berat dirasa. Saat pertama saya membaca bagian Prolog saja, saya sudah merasa seperti memasuki lorong gelap tanpa cahaya. Dua novel kak Wulan Dewatra ini membuat saya berpikir di luar kebiasaan saya berpikir, memaksa saya menyetujui sisi gelap tokoh-tokoh fiksi di dalam novel ini. Meski, mungkin saja kak Wulan tidak bermaksud seperti itu. Tapi saya menyukainya.

Jujur saja, awalnya saya tidak tertarik dengan karya selanjutnya dari penulis manapun, karna menurut saya karya ke-2, ke-3 ataupun selanjutnya bisa saja berbeda dengan karakter karya yang pertama dan akhirnya malah membuat saya kecewa membacanya. Namun, karena sampulnya yang biasa dan judulnya yang begitu asing di mata, saya meminta bantuan kepada salah satu penjaga toko buku untuk mencarikan novel yang tidak dapat saya temukan sendiri. 

Memento, apa sebenarnya arti dari kata ini? setelah selesai membacanya saya baru bertanya-tanya tentang Judul novel ini. Setelah saya telusuri di mbah gugel, saya sedikit terpaku membacanya. Memento artinya "barang kenangan yang mengingatkan pada seseorang atau masa lalu". Satu kata yang cukup panjang definisinya. Namun saat pencarian, saya juga menemukan arti lain dari kata "memento" namun ada tambahan kata di belakangnya, yaitu "mori", jadi "memento mori" berarti "Ingatlah bahwa suatu hari kita akan mati". Cukup buat saya tersentak dan berpikir, diam.

Seperti Judul dan sinopsisnya, novel ini mengisahkan tentang seorang wanita yang ditinggal mati kekasihnya menjelang pernikahan mereka. Rasa kecewa pada diri sendiri melingkupi hatinya setelah ia menyadari bahwa ia tidak pernah sekalipun begitu peduli pada sang kekasih sebagaimana sang kekasih memperlakukannya selama ini. Ia kecewa tidak sempat membahagiakan kekasihnya seperti kekasihnya yang selalu memperhatikannya dengan membuatkannya makan siang setiap hari. Dan "memento" dalam novel ini adalah sebuah hp milik kekasihnya juga cincin pernikahan mereka. Hingga kemudian ia harus pindah ke kota lain dan meneruskan usaha ayah angkatnya karena ada hal yang mengancam nyawanya, dan di sanalah ia diberikan kesempatan untuk memperbaiki sikapnya dalam memperlakukan orang yang menyayanginya dengan baik, dengan sepenuh hati. Meski, hal yang lebih menyakitkan akan menghadang niatnya kemudian hari, dan masa lalunya kembali mendatanginya penuh benci.

well...karena kemampuan saya yang masih jauh di bawah standar untuk meresensi sebuah buku, hanya ini yang bisa saya ceritakan kepada pembaca. Meskipun, masih ada konflik-konflik yang lain dalam novel ini yang bisa saja membuat pembaca menitikan air mata, seperti saya yang harus menahan isak saat bagian peristiwa tragis yang harus dialami oleh sang tokoh utama. Jadi sebaiknya pembaca membacanya sendiri, dan temukan sensasi emosi yang mengaburkan akal sehat untuk tidak merasa kesal, marah atau apapun itu dalam novel ini. Selamat membaca :)

*Rating untuk buku ini : 4 dari 5


No comments: