Thursday, May 21, 2015

Jangan, Jangan Menjadi Cicak atau Iguana

Percayalah, sesungguhnya aku ingat, seingat-ingatnya kalau kamu berulang-tahun, hanya berlaga lupa saja. Sengaja, biar kamu sebal. Baiklah, untuk kawanku, ini untukmu. Tapi, sesungguhnya aku payah dalam berpuisi. Maafkan :)
***

Jangan, Jangan Menjadi Cicak atau Iguana

Di suatu hari yang lengket,
pernah aku bertemu seekor cicak.
Ia memutuskan ekornya, kemudian melemparnya ke atas kepalaku.
Dia bilang, aku terlalu mencurigakan untuk dijadikan kawan.
Lantas pergi, dia.

Di suatu hari lengket lain yang telah sangat lama,
kutemui seekor iguana.
Ia berubah menjadi jingga,
kemudian hijau,
kemudian merah,
kemudian ungu,
kemudian biru,
kemudian nila,
kemudian terracotta,
kemudian… gila… bahkan aku tak ingat lagi warna apa yang ia punya.
Lantas kubilang, “Oh, tak perlu repot-repot wahai Iguana. Aku sungguh tak lagi peduli warna yang hendak kau jual!”
Kemudian pergi, aku.

Di satu hari yang belum lama dan tidak lekat,
aku bertemu kamu,
atau kamu bertemu aku,
ah, terserah, pilih mana yang kamu suka.
Kamu tidak melempar ekor,
tidak juga berganti warna.
Mari abaikan warna rambutmu yang berganti dari waktu ke waktu,
atau fakta bahwa kau memang bukan cicak atau iguana.
Tidak, jangan, jangan jadi pernah jadi cicak atau iguana.

Intinya, 
kau cukup mempercaya dan dapat dipercaya,
untuk diajak berkawan.
Terima kasih :)
***
Selamat ulang tahun kawanku, Dita Andistia Rama, untuk usia yang tak perlu kuucapkan, 29. Kurapal dan kuaminkan doa-doamu yang bahkan mungkin tak aku tahu. Semoga Allah lekas menyepakati yang kau inginkan, butuhkan, dan nantikan.
Hiduplah lebih lama, banyak makhluk bumi yang masih perlu diajari cara tertawa dan bertoleransi.

Salam,

Wulandari
(salah satu anggota perserikatan makhluk bumi)