Sunday, April 28, 2013

Resensi Hujan dan Teduh


oleh Tri Ayu Mustikawaty

Mau bahas satu novel kali ini. Aku pertama tertarik dengan novel ini sebenarnya bukan dari perburuan novel seperti yang biasa aku lakukan. Agak unik sih sebenarnya. Dari seorang penyanyi bernama Alyssa Saufika Umari, atau sekarang lebih dikenal dengan nama ‘Ify Blink’ ._. Apa hubunganya penyanyi dengan novel?

Yah sekitar setengah tahun yang lalu, Ify bikin lagu sebagai proyek drama sekolahnya berjudul “Hujan & Teduh” yang terinspirasi dari sebuah novel. Aku sebagai salah satu ‘followers’ Ify agak sedikit penasaran juga, kok Ify dan teman-temannya akhirnya bisa memutuskan novel ini yang digunakan sebagai project drama kelasnya. Terus lagu yang Ify ciptakan pun begitu bagus dan punya lirik yang begitu dalam. Kebetulan aku udah sempet colong denger lagunya pas Papanya Ify ke Banjarmasin. Kebetulan kita emang kenal dan akhirnya sempet ketemu, terus numpang nyolong denger deh hehehe….

Alhasil, bermodal rasa penasaran, cobalah searching-searching sama om gugel tentang novel ini, dan ketemulah fakta bahwa novel Hujan & Teduh yang ditulis oleh Wulan Dewatra ini adalah pemenang pertama lomba menulis fiksi “100% Roman Asli Indonesia” dari Gagas Media. Dalam hati langsung nyeletuk “oh pantes. Kalau pemenang, pasti ada hal yang menarik nih”. Kemudian makin penasaran lah saya dan memulai baca novelnya. Ternyata cerita yang disajikan benar-benar ‘berani beda’. Mungkin ini salah satu point lebih yang membuat novel ini terlihat menarik.

 

Cover cantik dari Novel Hujan & Teduh

Judul: Hujan dan Teduh
Penulis : Wulan Dewatra
Penerbit : Gagas Media
Tahun Terbit : 2011

Novel Hujan & Teduh menceritakan kisah percintaan Bintang, tokoh utama cewek dalam novel ini, yang tak biasa. Kata 'berani beda' yang aku sebut di atas bener-bener gak mengada-ada. Novel ini menceritakan 2 kisah cinta Bintang, di masa SMA dan masa kuliah. Cerita pertama adalah cerita saat SMA Bintang terlibat percintaan terlarang dengan seorang gadis bernama Kaila. Kisah kedua adalah cerita cinta Bintang di masa kuliahnya yang juga tak kalah tragis. Saat kuliah Bintang bertemu dengan Noval, sosok pria yang awalnya bisa membuat Bintang menemukan cintanya yang ‘wajar’ tapi ternyata akhirnya membawanya kepada cinta yang terlarang dalam versi lain. Sikap ala ‘Lucifer’ yang sering kali muncul dalam novel ini menimbulkan kesan angker.

Aku dan kamu seperti hujan dan teduh, ditakdirkan bertemu, tetapi tidak bersama dalam perjalanan. Mungkin, jalan kita tidak bersimpangan.... Seperti itulah cinta kita.

Mungkin begitulah kiasan yang cocok untuk dua kisah cinta Bintang. Cintanya yang tak pernah abadi. Ditakdirkan tuk bersama, tapi tak akan pernah selamanya….

Overall, dua cerita inti di atas dituturkan berdampingan dengan alur yang maju mundur. Mungkin kalau kita baru pertama baca novelnya agak bingung dengan cara unik penyajiannya ini. Tapi kalau kita baca terus dan bener-bener memperhatikan, maka dari dua cerita ini saling berkaitan satu cerita dengan yang lainnya, menjalin sebuah benang merah dan membentuk sebuah hubungan sebab akibat yang tersulam dengan begitu rapi.

Meskipun cerita ini agak ‘vulgar’, tapi yang bisa kita rasakan, penulis menuturkannya dengan begitu halus. Novel ini menyampaikan hal yang ‘tabu’ tapi dengan sangat halus dan sopan. Salah satu contohnya saja ketika Noval pertama kali berhasil merengut keperawanan Bintang, kejadian itu disampaikan secara implisit, begitu halus tanpa memunculkan kata-kata yang bernotasi ‘vulgar’.

Sang penyusup telah menemukan celah. Mahkota sang putri berhasil dicuri. Dan para setan pun bernyanyi, “Kerja kamu tuntas sudah. Dua manusia bodoh terperangkap dalam jerat kami yang ‘indah’.”

Itu salah satu contoh betapa 'indahnya' penulis menyampaikan hal yang sebenarnya cukup tabu ._. Dan masih ada lagi adegan lainnya yang berkonotasi negatif, tapi disampaikan dengan begitu halus tapi tetap tersampaikan secara jelas. Cara menulis yang begitu menarik dalam menyampaikan cerita.

Tapi sebenarnya ada satu yang gak aku suka dari novel ini. Endingnya gantung! Ceritanya gantung! Dan saya benci cerita gantung ._. ahahaha… Setiap adegan-adegan di tiap bab novel ini juga cukup banyak yang dibuat mengambang di ujungnya dan membuat kita terpaksa harus narik kesimpulan sendiri atas apa yang ada di pikiran si penulis. Sedikit nyebelin, tapi sukses bikin penasaran kita untuk segera melahap lembar-lembar berikutnya untuk menemukan pencerahan.

Cerita ‘gak biasa’ tapi sudah ‘biasa’ terjadi pada anak muda jaman sekarang. Itulah novel Hujan dan Teduh. Aku pikir, cerita ini ditulis jujur apa adanya, tapi bukan untuk mengajarkan anak muda sekarang untuk bertindak ‘menyimpang’ layaknya tokoh dalam novel ini. Satu hal positif yang mungkin coba disampaikan penulis di sini bahwa setiap tindakan kita itu ada akibatnya dan kita harus berani dan bertanggung jawab atas apa yang sudah kita lakukan. Sosok Bintang mengajarkan bahwa kita tak boleh menyerah akan tantangan hidup. Mungkin dalam perjalanan hidup kita pernah terjatuh, pernah tersesat, tapi akan selalu ada jalan bagi mereka yang mau berusaha bangkit dan mencari jalan yang benar.

Tertarik membaca novel Hujan dan Teduh?

Original post :
http://misst3ri.blogspot.com/2013/04/buku-minggu-ini-hujan-dan-teduh.html 

5 comments:

tri3am said...

wah.. thx mba wulan dah mengapresiasi resensi yang kita bikin :)
tp namanya salah mba. nama aku bukan lestari ujungnya tp mustikawaty ._. hihihi^^

Wulandari Putri said...

Halo dear...
Waaah, maaf untuk kesalahan namanya ya Tri. Sekarang sudah diedit, baru buka blog lagi :p
Sip sama-sama, makasih juga resensinya. O iya, link ke blog Tri juga dicantumkan. Biar orang bisa jalan-jalan ke blogmu :D

Aya said...

Mbak Wulan, aku suka banget sama novel mbak yang ini. Sempet nangis di beberapa adegan haha. Tapi aku masih penasaran sama kelanjutan hubungan Bintang sama Noval. Buat novel lanjutannya dong mbak hehe, :)

Wulandari Putri said...

Hai Aya, maaf baru sempat dibalas. Makasih udah suka Hujan dan Teduh, tapi ngga ada kelanjutannya. Mari move on ke novel yang baru :D

Republik Cheat said...

Mbak wulan, Apakah saya boleh menggunakan Puisi "Hujan dan Teduh" menjadi salah satu puisi utama di dalam film pendek saya?