Jantung itu masih berdenyut
Tertutup noda membentuk nama
Saat diiris tangan gemetar penuh gores
Semalam ia baru menganyam sembilu
Sembilu-sembilu terpanjang yang pernah diraut
Kini mereka serupa
tikar kaku di ruang tengah
Minyak ‘tlah tiris dari irisan jantung yang mengering
Ketika tangan itu menyeduh rindu yang mengerak di dasar
cangkir
“Mari kita bertamasya,” sunggingnya
Matahari tersisa sepotong saat ia sampai di sebuah padang
Dengan mimpi-mimpi berserakan mati di atas rumput hijau
Dikelilingi sekumpulan gagak yang berebut irisan jantung
Ia gelar tikar sembilu dan menyesap rindu
Ia mendengus kecewa
“Haruskah aku keluarkan otakku juga dan mengukusnya?”
Tanyanya pada lelaki yang tengah meraut bambu menjadi
sembilu
Sembilu terpanjang yang pernah ada
Sang peraut hanya tersenyum
Kemudian beranjak ‘tuk mencumbu setiap luka
Wulan Dewatra - 19/11/2013
No comments:
Post a Comment